Melihat proses pengolahan sagu di Papua, Sarmi Tarfia Media - Pria Ini sedang menokok pohon sagu yang usianya kira-kira 10 tahun di Hutan Sarmi.
Teras batang sagu yang ditokok (dicacah) itu nantinya akan berupa ampas yang bisa dibuat menjadi tepung sagu.
Satu pohon sagu biasanya dimiliki oleh satu keluarga.
Sementara karung untuk membawa ampas hasil panen. Setelah terkumpul satu karung, di bawah ke tempat meramas sagu, tidak jauh dari tempat menokok.
Di sana sudah ada alat untuk meramas ampas batang sagu, alat yang sederhana dari batang kayu ataupun sisa pelepa Sagu.
Ampas yang sudah dikumpulkan disiram pakai air lalu diremas, berkali-kali, sambil disaring. Hasil ramasan dibiarkan mengendap.
Pati hasil ramasan kemudian diambil untuk dijadikan tepung sagu dan diolah menjadi beragam makanan.
Kini, tepung sagu tidak lagi hanya diolah menjadi papeda (bubur sagu, makanan pokok ) atau dijadikan sagu kering untuk dijual.
Biasanya, sagu kering dijual hanya sekitar Rp200 ribu untuk satu tuman atau karung yang isinya 15 kilogram hingga 20 kilogram.
Pada umumnya Sagu buat masyarakat Papua kadang menjadi konsumsi pribadi, kalau tak di jual ke pasar.
Sagu yang nantinya di kelola menjadi Papeda merupakan makanan Khas Masyarakat Papua dan itupun sangat berperan peting dalam kehidupan masyarakat Papua.
Adapun Pesan, bahwa mari kita sama sama menjaga dan melestarikan Hutan Sagu, yang di mana telah lama menjadi ciri Khas Kami Orang Papua.
0 comments:
Posting Komentar